Berawal dari Minta Pijat, Wanita Ini Malah Didatangi Hantu
0
"Sehabis jalan-jalan, badanku terasa sangat pegal. Lantas, kuminta suamiku untuk memanggil tukang urut, tapi yang datang justru...."
Pagi
itu Maya dan keluarga memutuskan untuk pergi berlibur ke kawasan yang
menawarkan udara sejuk dan dingin, namun tak jauh dari Jakarta, yaitu
Puncak. Maya bersama Andi, sang suami
dan kedua anaknya, Lita dan Cika menuju puncak bersama dengan mobil mereka.
Meski
berangkat sejak matahari terbit, namun jalanan memang tak bisa diprediksi.
Kemacetan masih mengular memenuhi jalan puncak yang lebarnya tak seberapa. Sekain jam terjebak macet, mereka baru sampai di kawasan wisata kebun teh pukul 12 siang, sesiangan mereka
sekeluarga beriwisata menghirup udara sejuk sekaligus berkuda keliling kebun
teh.
Hingga
jelang maghrib jalanan ternyata lebih macet dari keberangkatan tadi. Tak ingin bermacet-macetan lagi, mereka akhirnya memutuskan untuk tinggal lebih lama di kawasan puncak, setidaknya selama satu malam di sebuah villa.
Tak sulit menemukan tempat
beristirahat di kawasan puncak, mulai dari yang kelas rumahan hingga hotel
berbintang pun ada. Mereka berlomba-lomba mendirikan bangunan dan menggusur
pepohonan.
Singkat
cerita, mereka akhirnya menemukan satu rumah yang bisa di sewa per malamnya.
Terdiri dari 2 kamar tidur, lengkap dengan kamar mandi serta ruang bersantai
untuk menonton tv.
“Pah
kayanya badanku pegel deh, ada tukang urut gak ya?” tanya Maya pada suaminya.
“Adalah
pasti, coba aku tanya ke bu Lasmi yang tadi tawarin kita rumah ini,”
Gayung
pun bersambut, bu Lasmi mengiyakan akan membawa tukang urut untuk Maya. Tak perlu menunggu lama, 15 menit kemudian
tukang urut itu pun datang. Dari segi penampilan tak ada yang aneh dengahn
tukang urut ini, baju kebaya sehari-hari ala wanita sunda.
Hanya
saja, sikapnya terasa ganjil. Kala Maya bertanya entah soal rumah, umur, dan
sebagainya tukang urut ini hanya diam seribu bahasa. Sempat merasa ada yang aneh, namun Maya tak ambil pusing.
(Baca juga: Asih, Derita Sang Kuntilanak)
Barulah keanehan mulai terjadi saat tubuh Maya diurut dengan tangannya yang terasa sangat dingin.
Pijatannya justru
membuat Maya kesakitan, berulangkali Maya meminta agar pijatannya lebih
dienakan lagi. Tapi yang ada justru makin terasa sakit, seakan-akan tangannya menekan keras punggung Maya.
Tak tahan dengan
perlakuan itu. pijatan pun berakhir hanya dalam waktu kurang dari 20 menit.
“Tukang
urut apaan itu? sakit banget?” gerutu Maya sesaat setelah tukang urut pilihan
Bu Lasmi menghampiri.
“Kamu
masih sakit mah? Biar aku cariin yang lain lagi, Gimana?” jawab Andi.
“Engga
usahlah aku mau tidur aja deh,”
Belum
sempat Maya ke kamarnya, pintu kembali terketuk. Terdengar “Asalamualaikum”
terdengar nyaring di balik pintu.
Andi
pun buru-buru membukanya dan alangkah terkejutnya ia menemukan tuang urut yang
sama dihadapannya. “Duh maap yang kang, teh tadi motor saya mogok di jalan.
Jadi ini baru sampe. Mau diurut di mana?” tanyanya.
Maya
dan Andi pun hanya melongo mendengar perkataan wanita itu. tampak berbeda
sekali dengan wanita sebelumnya yang kaku, diam dan dingin seolah tak ingin bertatap muka pada siapapun.
“Ibu
baru dateng?” tanya Maya dengan suara setengah ketakutan.
Tukang
urut itu hanya mengangguk pelan dan kebingungan dengan ekspresi yang dipasang
oleh pasturi ini.
--
Sumber foto: Rusia Beyond
0 komentar: