Dia yang Selalu Mengikutiku Dibelakang

0
Januari 21, 2019

"Aku tak sanggup menatapnya lama-lama, bagiku ini adalah pemandangan paling menyeramkan yang pernah kulihat,"



Perkenalkan namaku Dimas dan aku tinggal  di Depok, Jawa Barat. Aku tinggal bersama dengan kedua orangtua dan satu orang kakak  di sebuah rumah di kawasan yang masih terbilang sangat sepi, ya walau kota Depok tak jauh dari ibukota Jakarta namun di sini masih banyak terdapat lahan kosong yang belum terjamah oleh pembangunan. Setidaknya itu yang terjadi tahun 90-an.

Rumahku berada tak jauh dari sebuah danau dan hanya memiliki 6 tetangga yang letaknya cukup berjauhan. Rumah kami memang sangat jauh dari pemukiman kampung yang ramai, di satu sisi kadang aku merasa nyaman dengan suasana tenang ini karena di mana lagi aku bisa mendengar suara jangkrik yang berdengung indah di malam hari?

Tapi, tak sedikit orang-orang yang mempertanyakan keputusan ayah aku untuk tinggal di tempat ini. Kebanyakan teman-teman ayah yang berkunjung ke rumah  membuka pembicaraan dengan: “Kok berani sih tinggal di sini?” “Loh kenapa pindah? Bukannya enak di tempat yang dulu? di sini sepi begini kalo ada apa-apa gak akan ada yang tau,”

Ayah aku hanya tersenyum dan memaklumi pertanyaan tersebut, lalu kemudian menjelaskan panjang lebar soal kepindahannya. Ya, bisa dibilang kami memang sedikit terpaksa pindah ke sini. Dipaksa oleh keadaan lebih tepatnya. Sebelumnya kami tinggal bersama dengan nenek di Jakarta, tentu sangat ramai,  tak sulit untuk menyapa tetangga dan mendengar deru kendaraan yang lalu lalang di jalan. Intinya berbanding terbalik lah dengan tempat kami sekarang ini.

Hanya saja, rumah nenek dijual dan kami pun harus pindah dengan uang secukupnya. Dan di sinilah kami mendapat harga tanah yang terbilang murah sehingga uang yang tersisa bisa digunakan untuk membangun rumah.

Omongan orang-orang memang tak sepenuhnya salah, tempat ini memang sepi dan seringkali rasa sepi itu dibayangi oleh cerita-cerita misteri yang awalnya hanya kuanggap sebagai cerita konyol.
Mereka bilang pernah ada pemancing di danau malam hari yang ditemani ‘tamu tak diundang’. Saat asik memancing bulu kuduknya merinding, dikira hanya angin lewat, tapi ternyata tidak. Ketika ia menoleh ke belakang tampak sesosok makhluk tinggi besar sedang menatapnya, tubuhnya benar-benar sangat hitam, berbulu dan terlihat sangar.

Tapi bagian yang paling mengerikan itu adalah matanya yang merah yang menatap tajam si pemancing itu. Bertatapan dengan makhluk yang demikian membuat pemancing itu pun lari terbirit-birit. Masih mendinglah ya daripada diam di tempat menatap makhluk menyeramkan seperti itu.

Atau cerita lainnya, kali ini siang hari. Pernah ada muda mudi pacara di jembatan danau. Si perempuan sedang makan kuaci dan mengomel manja kepada kekasihnya karena bungkus kuacinya jatuh. Si cowok pun dengan senang hati mengambil bungkus kuaci tersebut dan alangkah terkejutnya ketika tangannya sedang meraih bungkus kuaci itu dan terlihat ada kuku, 10 jari kuku yang berjejer rapih.

Dengan wajah penuh tanda tanya, dia pun terus menatapnya, dan tapi itu bukan hanya kuku melainkan jari jemari yang jemari yang terus bergerak ke atas! Sontak ia pun menjerit dan langsung menyalakan gas motornya dan membiarkan si perempuan bertanya-tanya kebingungan.
---
Pengalaman bertemu dengan hantu belum pernah kualami sehingga cerita-cerita itu hanya sekedar lewat di telingaku. Mereka bercerita tentang kisah horror tapi yang saat itu kurasakan tempat ini sangat tenang dan aku menyukainya.

Tapi… hal itu tak bertahan lama sampai di bulan ketiga aku merasakan sedikit keanehan. Mereka bilang ini adalah masa perkenalan ‘penghuni’ lama dan pendatang baru.

Kala itu sekitar jam 4 pagi, aku sedang mengambil air wudhu, memang waktu salat subuh masih lama tapi memang aku sengaja bangun lebih awal agar pas solat nanti mataku tidak sayup-sayup karena ngantuk. Jadi sebisa mungkin aku setengah jam bangun lebih awal..

Aku pun duduk di bangku dan menunggu adzan datang. Ketika itu sesekali mataku terpejam menahan ngantuk tapi seklebat aku melihat ada seseorang yang lewat, aku pun penasaran dan membuka mataku dan berkata:

“bu udah bangun?” tanyaku.

Tak ada suara yang menyaut, aneh siapa itu? Tanyaku dalam hati. sejak detik itu mataku tak lagi terpejam dan harus kuakui degup jantungku ikutan meningkat. Sampai akhirnya kudengar lagi suara di arah dapur, bunyinya seperti orang sinis yang sedang menegurku,  “Ehem”.

Satu kata itu begitu terdengar jelas membuatku langsung bangun dari tempat duduk. Sejenak kulihat dapur yang masih gelap gulita, aku tak berani mencari tahu lebih jauh asal suara itu, di sana terlihat begitu gelap dan makin membuat jantungku berdegup tak karuan.

Sambil kurapalkan beberapa bacaan dengan harapan siapa pun yang ada di dapur itu pergi dan membuat hatiku tenang. Sejenak hatiku memang sedikit tenang dan lantunan adzan pun terdengar.

Karena arah kiblat, aku salat dengan membelakangi dapurku. Kupikir saat ibadah, makhluk-makhluk itu tak akan berani mendekat. Tetapi, saat posisi rukuk, aku melihat ada sekelabat bayangan yang keluar dari dapur yang gelap itu, sontak jantungku kembali berdegup, walau aku masih terus fokus untuk menyelsaikan ibadahku.

Sampai di rakaat kedua, di posisi rukuk yang terakhir ini aku melihat sosok itu berdiri dibelakangku. Bukan lagi sekedar bayangan gelap, melainkan ada kedua kaki yang berdiri semakin dekat denganku sehingga aku bisa melihat dengan jelas bahwa kaki tersebut dilapisi kulit seperti terbakar dengan aneka luka nanah dan darah.

Melihat pemandangan demikian membuat nafasku naik turun, ingin sekali rasanya berlari meninggalkan sajadahku. Tapi dengan segenap hati, kukumpulkan segala niat ibadahku dan kulanjutkan hingga tuntas.
--

Usai salat aku langsung memberanikan diri menengok langsung ke belakang namun tak ada apapun di sana. Hanya menyisakan suasana sepi yang membuat jantungku terus-terusan bergedup tak karuan hingga akhirnya aku bangkit dan langsung masuk ke kamar.

“apa yang ku lihat barusan?”

“siapa itu?”

“sedang apa dia?”

Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantuiku dan membuatku tak tenang.

Ketika sedang makan siang bersama ibu dan kakakku, aku pun menceritakan kejadian subuh tadi. Mereka mendengarkan aku dengan tatapan serius lalu ibuku tersenyum “aah mungkin itu dia minta kenalan aja biasanya emang gitu kok kalo baru pindah rumah, besok-besok juga enggak,” ujar ibuku sambil tersenyum tipis.

Meski berkata demikian, namun tergambar sedikit ketakutan di wajahnya. Tapi dalam hati aku pun mengamininya, semoga saja memang benar itu adalah masa perkenala sehingga cukup jadi yang pertama dan terakhir.

--

Namun yang membuat hati dongkol, beberapa hari kemudian kejadian itu terlulang lagi. Kali ini jam-nya tak jaruh berbeda, saat jam menunjukan pukul 3 dini hari aku mengambil segelas air di dispenser yang berada di dapur.

Kunyalakan lampu dan mengisi gelasku dengan air. Tapi saat itu, tiba-tiba aku teringat kejadian tempo hari saat sosok gosong itu berada di belakangku dan ketika kepalaku terisi dengan pengalaman itu bulu kuduku langsung berdiri.

“aah mana mungkin terulang lagi, paling benerlah kata ibu itu cuma kenalan aja ga mungkin dia datang lagi,” ucapku dalam hati untuk menenangkan pikiran.

Tapi, ketika aku sudah selesai minum, menaruh gelasnya di atas bak cucian dan kemudian membalikan badan aku melihatnya dengan jelas. Sosok bayangan hitam pekat itu kini ada di depanku. Menampakan wujudnya yang mengerikan.

Nafasku mulai terengal-engal, kepalaku mendadak pusing. Wajahnya tak jauh berbeda dengan kulit kakinya yang gosong dan penuh luka bakar, setelah itu jantung berdegup makin kencang membuat nafasku makin sesak. Aku pingsan dan keesokan paginya, ibuku menemukanku tergeletak di dapur tersebut.

--

Pengalaman itu membuat keluarga kami jadi tidak tenang, hingga akhirnya ayahku memanggil ustad dan pengajian ke rumah. Dengan harapan makhluk itu benar-benar pergi dan tak menganggu lagi.

Saat ustad itu datang, ayahku diberi beberapa lembar kertas yang berisi tulisan Arab. Katanya ini adalah doa-doa pengusir roh jahat yang menganggu. Ayah pun menyalin doa tersebut dan dibagikan kepada kami semua.


Aku menghafalkannya dan terus membacanya terutama ketika sedang sendirian atau ketika suasana sedang sunyi dan gelap. Alhamdulilah cara itu ternyata cukup efektif dan sosok menyeramkan itu tak pernah lagi terlihat…

Sumber foto: India today

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 komentar: