Cerita Horor Pasca Gempa Bumi

0
Januari 12, 2019




"Beberapa hari setelah gempa, aku mulai mendengar suara-suara aneh di depan rumah,"




Aku ingin cerita pengalamanku pasca bencana gempa melanda daerahku yang berada di Indonesia Timur. Waktu itu aku memang sedang menginap di rumah kakek, untungnya rumah kakek berdesain tradisional mirip rumah panggung. Kata orang bangunan seperti ini lebih tahan dari gempa dan itu pun terbukti.
.
Rumah tetangga kami yang berbahan semen hancur luluh lantak tapi untungnya rumah kakek cukup selamat, kerusakannya tak begitu parah dan masih bisa ditinggali. Meski berhasil lolos dari bencana maut itu tapi kami sedih melihat keadaan rumah tetangga kami yang hancur.
Celakanya lagi, bukan hanya bangunan yang rusak tapi beberapa tetangga kami juga ada yang tak selamat, salah satunya Pak Raya yang tinggal persis di depan rumah kami.
Beliau adalah teman sejawat kakek, dan sudah tentu kakeku merasa sedih ditinggal kawannya tersebut. Yang lebih membuatku makin iba adalah saat kejadian, Pak Raya bersama cucunya berada di dalam rumah dan tidur di ranjang yang sama.
Sayang, langkah kaki Pak Raya kalah cepat gempa yang datang tiba-tiba dan meluluhlantakan semua.
.
Beberapa jam setelah itu, mayat mereka ditemukan dengan posisi Pak Sur tengah memeluk cucunya. Aku yang turut menyaksikannya merasa sangat iba melihatnya.
.
--
.
Malam demi malam kami lewati bersama sambil menunggu pulihnya aktivitas di kota ini. Sampai kira-kira, beberapa hari setelah kejadian itu aku merasa ada kejadian ganjil yang membuat malamku tak tenang.
.
Saat sedang bersiap tidur aku mendengar suara melodi musik sepeda. Ya, sepeda anak-anak seringkali memuat kotak musik yang bisa menghasilkan lagu-lagu lucu.
.
Waktu itu aku dengar nyanyian “Twinkle.. twinkle little star….”
.
Namun malam itu suara tersebut bukan menghadirkan keceriaan, melainkan tanda tanya yang berujung pada rasa ngeri. Seingatku suara itu seperti kotak musik dari sepeda cucu pak sur yang seringkali ia bunyikan ketika sore saat bermain.
.
Lagu itu terdengar berulang-ulang hingga aku menemani kakek mengecek ke depan rumah untuk memastikannya. Tapi setelah kami keluar suara itu mendadak hilang.
.
Keesokan paginya kakek menemukan sepeda yang biasa dimainkan oleh cucu Pak Raya. Ketika dibunyikan suaranya mirip dengan nyanyian yang tadi malam terdengar, sontak saja kupinita kakek untuk mencabut saja baterai yang menempel di sepeda itu.
.
Kupikir malam itu akan tenang, tapi ternyata tidak. nyanyian dari sepeda itu anehnya muncul kembali, sambil sesekali kudengar bunyi klakson sepda “kring..kring,”
.
Aku ketakutan setengah mati tak berani keluar. Kuambil selimut dan kututupi seluruh tubuku sambil membaca doa-doa yang kuhafal. Bagaimana mungkin terdengar suara itu sementara jelas kuingat bahwa kakek telah mencabut baterainya?
.
Keesokan paginya kakek menemui ustad di masjid, atas petunjuknya kami diminta untuk melakukan pengajian di depan rumah dengan maksud sebagai bacaan agar para arwah bisa pergi dengan tenang. Setelah doa tersebut dilaksanakan, suara-suara itu tak lagi pernah terdengar

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 komentar: