Dari Mata Kucingku, Aku Melihat Sosok Menakutkan Itu
0
Sebelum kedatangan patung aneh itu, keadaan rumahku baik-baik saja. Selalu nyaman untuk ditempati dan tidak membuatku merasa takut.
Namun suasana mulai berbeda tak kala ayahku pulang berwisata dari Bali.Dari sekian banyak oleh-oleh yang dibawanya ada satu yang membuatku sedikit merinding saat menatapnya.
Ya itu sebuah patung kayu berukuran kecil berbentuk wayang dengan tinggi sekitar 60 cm, ayahku bercerita bahwa dirinya mendapatkan koleksi ini dari pasar tradisional di pulau Dewata.
Patung itu diletakan di ruang keluarga, ruang dimana kami sekeluarga seringkali berkumpul dan menyaksikan acara televisi bersama.
Sebenarnya bukan cuma aku yang tidak nyaman dengan keberadaannya. Teman-teman yang berkunjung ke rumah merasa ada yang aneh dengan patung ini.
Entahlah saat menatapnya bulu kuduk langsung bangun seakan ada hawa tidak enak yang berhembus darinya.
Meski begitu aku sungkan untuk menyingkirkannya, sebab ini adalah oleh-oleh dari ayahku. Rasanya tidak enak jika buah tangan darinya ini tidak dipajang.
Namun suasana mulai berbeda tak kala ayahku pulang berwisata dari Bali.Dari sekian banyak oleh-oleh yang dibawanya ada satu yang membuatku sedikit merinding saat menatapnya.
Ya itu sebuah patung kayu berukuran kecil berbentuk wayang dengan tinggi sekitar 60 cm, ayahku bercerita bahwa dirinya mendapatkan koleksi ini dari pasar tradisional di pulau Dewata.
Patung itu diletakan di ruang keluarga, ruang dimana kami sekeluarga seringkali berkumpul dan menyaksikan acara televisi bersama.
Sebenarnya bukan cuma aku yang tidak nyaman dengan keberadaannya. Teman-teman yang berkunjung ke rumah merasa ada yang aneh dengan patung ini.
Entahlah saat menatapnya bulu kuduk langsung bangun seakan ada hawa tidak enak yang berhembus darinya.
Meski begitu aku sungkan untuk menyingkirkannya, sebab ini adalah oleh-oleh dari ayahku. Rasanya tidak enak jika buah tangan darinya ini tidak dipajang.
--------------------
Suatu ketika semua orang di rumah pergi, hanya ada aku seorang diri dan kucingku, Luna.
Kami berada di ruang keluarga,Luna tidur di karpet bawah sementara aku duduk di sofa menonton tayangan drama Korea di televisi.
Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba Luna terbangun dan terus menatap keatas. Kepalanya mendangak keatas seperti sedang mengincar sesuatu.
Sekian detik berlalu, Luna tetap tidak berubah dari posisinya. Aku pun mendekati tubuh mungilnya dan memeluk dirinya.
“Hey kamu lagi lihat apa sih? Cicak?,” ujarku sambil mengelus kepala mungilnya.
Tapi Luna tidak merespon bahkan tidak berkedip sama sekali, biasanya kucing selalu menutup matanya bukan jika sedang dieulus oleh manusia?
"Kenapa Luna jadi tegang sekali?" tanyaku dalam hati.
Karena matanya melotot aku pun bisa melihat sesuatu di sana.
Sejenak ku perhatikan kedua bola mata kucingku, makin kudekati ada sesuatu yang memantul dari air di matanya.
Aku tahu itu apa…
“Y...a ampun Lu..na kamu kok diem aja sih, ayo kita tidur di kamar yuk,” kataku dengan terbata-bata dan keringat dingin mengucur.
Sampai kamar aku langsung mengunci pintu kamar, mengambil kitab suci dan mengatur nafasku tersengal-sengal.
Kalian tahu apa yang aku lihat hari itu? Ya sekian detik kuperhatikan bola mata kucingku memantulkan bayangan sesosok makhluk yang sedang menggelantung diatas dengan rambut menjulur kebawah. Matanya yang merah menyala sedang menatap Luna dan tentunya...
Kami berada di ruang keluarga,Luna tidur di karpet bawah sementara aku duduk di sofa menonton tayangan drama Korea di televisi.
Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba Luna terbangun dan terus menatap keatas. Kepalanya mendangak keatas seperti sedang mengincar sesuatu.
Sekian detik berlalu, Luna tetap tidak berubah dari posisinya. Aku pun mendekati tubuh mungilnya dan memeluk dirinya.
“Hey kamu lagi lihat apa sih? Cicak?,” ujarku sambil mengelus kepala mungilnya.
Tapi Luna tidak merespon bahkan tidak berkedip sama sekali, biasanya kucing selalu menutup matanya bukan jika sedang dieulus oleh manusia?
"Kenapa Luna jadi tegang sekali?" tanyaku dalam hati.
Karena matanya melotot aku pun bisa melihat sesuatu di sana.
Sejenak ku perhatikan kedua bola mata kucingku, makin kudekati ada sesuatu yang memantul dari air di matanya.
Aku tahu itu apa…
“Y...a ampun Lu..na kamu kok diem aja sih, ayo kita tidur di kamar yuk,” kataku dengan terbata-bata dan keringat dingin mengucur.
Sampai kamar aku langsung mengunci pintu kamar, mengambil kitab suci dan mengatur nafasku tersengal-sengal.
Kalian tahu apa yang aku lihat hari itu? Ya sekian detik kuperhatikan bola mata kucingku memantulkan bayangan sesosok makhluk yang sedang menggelantung diatas dengan rambut menjulur kebawah. Matanya yang merah menyala sedang menatap Luna dan tentunya...
aku yang ada dibawahnya.
0 komentar: