Malam Itu...Kiosku Didatangi Hantu

0
Agustus 31, 2019

Kisah nyata seorang perantau di Jakarta!




Perkenalkan namaku Mirna, aku datang dari kampungku di Yogyakarta ke Jakarta untuk membuka usaha. Usaha yang kubangun ialah refil parfum yang hanya membutuhkan kios kecil di lokasi strategis seperti pinggir jalan. 
.
Tapi mencari yang seperti itu di ibukota rupanya tidak mudah. Sebab, setelah cari sana sini rata-rata menawarkan harga diatas isi dompetku.
.
Sampai akhirnya aku menemukan satu kios kecil yang letaknya cukup bagus, yaitu di sebuah bilangan jalan di Keboyaroan Baru, Jakarta Selatan yang ramai dijejali kendaraan saban hari. 
.
Pikirku tempat ini cocok karena pasti akan banyak kendaraan hilir mudik dan suasana ramai sehingga pengunjung berpotensi untuk datang. Tapi ada yang mengganjal hatiku, tepat disebrang kiosku terbangun kompleks kuburan.
.
Kuburan di Jakarta dan di kampung asalku memang berbeda jauh. Nun jauh di kampung, kuburan berada di area terpencil bahkan sedikit menjurus kepinggir hutan, di sini justru kuburan berdampingan langsung dengan jalan bahkan pemukiman.
.
Meski hatiku berat menyewa kios ini tapi karena pertimbangan harga yang lebih murah dan kondisi jalan di siang hari yang cukup ramai rasanya tidak apalah aku menyewa disini. Meski kata orang di kampung.
.
“Kalau mau buka usaha ya jauh-jauhlah dari area kuburan, hawa negaitfnya nanti ikut,”
.
Tapi aku rasa halitu tidak berlaku di Jakarta yang memang sesak sehingga aku lekas memberikan DP kepala pemilik kos.
--
Aku pun mulai berdagang, hari pertama kebanyakan hanya memperhatikan kios minyak wangiku, hari kedua dan seterusnya mulai banyak orang yang lewat, mampir dan akhirnya membeli daganganku. Sampai di minggu-minggu berikutnya, aku memiliki cukup banyak pelanggan.
.
Rata-rata pembeli datang di sore dan selepas maghrib. Selepas jam 8 biasanya mulai sepi, disitu kendaraan yang tadi memenuhi jalan berangsur sepi dan membuat aku melihat dengan jelas kuburan yang ada di sebrang.
.
Kata orang dulu saat wilayah ini belum seramai sekarang, kuburan ini memang menyeramkan. Tidak ada yang berani melintasi kuburan ini selepas maghrib. Beda dengan sekarang yang sudah ramai dan dibangun jalan.
.
“Ya paling-paling kalo lagi apes aja disamperin mba Kunti penghuni di kuburan itu,” kata Deni – salah seorang pelangganku bercerita.
.
“Ih masa sih ada yang serem kaya gitu,kuntilanak maksudnya?” tanyaku penasaran.
.
“Iya dulu kata orangtua gue sering banget tu Kunti nangkring di pohon pinggir kuburan. Terbang atau ketawa nakutin warga, kalau sekarang sih jarang. Paling-paling kalo lagi sial aja,kalo lagi sepi banget, anyep suasana.hati-hati deh lu,” jawabnya.
.
Aku langsung diam memikirkan ucapan itu. Memang sih saat siang tidak menyeramkan,tapi jelang tengah malam saat keramaian mulai menghilang, jalanan kosong dan hanya ada jangkrik di kuburan bersautan terkadang aku merasa takut. 
.
Aku jadi berpikir haruskah aku cari kontrakan lain? Jadi aku bisa pulang ke tempat yang lebih ‘aman’, karena selama ini aku tidur dan berdagang disini
--
Akhirnya aku benar-benar terpaksa pindah pada bulan kedua. Malam itu hujan turun sedari pagi, sesekali mereda lalu hujan kembali mengguyur sepanjang sore hingga malam.
.
Awalnya masih ada beberapa pengendara motor yang berteduh di sekitar kiosku, malam semakin larut jalanan makin sepi. Gemuruh petir dilangit makin membuat orang malas keluar.
.
Akhirnya, aku terpaksa menutup kiosku lebih awal. Aku gelar kasurku di lantai dan kumainkan beberapa playlist lagu untuk menghibur hatiku. Sekitar pukul jam 10 malam kudengar ada orang yang mengetuk pintu. 
.
Sekali dua kali ketukan kuhiraukan, siapa sih yang ketuk pintu malam-malam jam segini. Lagipula ini kan kios,sudah tutup ngapain juga aku buka.. Tapi lama-lamaaku jengah juga mendengar ketukan itu.
.
Sampai akhirnya kubuka sedikit pintu kios dan ada seorang wanita paruh baya berdiri di depan. “ada apa ya bu?” tanyaku.
“Kenapa tutup? Biasanya buka?” jawabnya.
.
“Ah iya nih bu abis dari tadi sepi makanya saya tutup,” 
Oooh dia tahu kapan aku tutup, pasti dia sering beli minyak wangiku. Aku yang tadi sedikit kesal mendadak jadi lebih ramah kepadanya. Maklum pedagang baru tentunya harus lebih ramah pada pelanggan.
.
“saya mau beli minyak wangi nih,” katanya lagi.
Karena mataku belum begitu mengantuk dan tak enak menolak permintaan pelangganku yang datang hujan-hujan. Akhirnya, kubuka satu pintu kiosku dan kunyalakan lampunya.

“Silahkan pilih bu mau parfum apa? Biasanya pakai apa sih? Saya gak terlalu hafal setiap orang yang beli hehe,” kataku.
.
“saya suka bunga,” jawabnya.
.
“wah bunga ya… wangi bunga apa nih bu?” 
.
Wanita menunduk kebawah dan sekian detik kemudian dia menatapku.
.
“bunga 7 rupa ada?” jawabnya.
Lalu wanita ini tersenyum dengan tatapan mata yang sedikit melotot. Wajahnya jadi terlihat aneh membuatku merinding.
.
“Oh kalo gak ada yang wangi bunga melati aja. Ada?”
.
“ooo.. melati ya bu... jarang ada yang beli sih jadi saya gak punya,” jawabku dengan terbata-bata. Perasaanku mulai tidak enak.
.
“yah gak ada ya. Saya suka banget wangi kembang. Jarang ada yang bawain saya kembang soalnya. Saya kira disini ada, oh iya kamu besok-besok jangan tutup cepet lagi dong,” tanyanya lagi.
.
“oh ibu udah sering ya belanja di sini tahu saya tutup jam berapa,”
.
“Engga saya sering liatin kamu dari sebrang. Kan kelihatan,”
.
“Ibu tinggal di sebrang?,” balasku.
.
Sedetik kemudian jantungku berdegup kencang. Aku baru ingat jika sebrang jalan ini bukanlah rumah melainkan tempat orang meninggal di kuburkan.
.
“bu.. maksudnya sebrang jalan ini?” tanyaku lagi dengan keringat dingin yang mulai keluar.
.
Wanita itu lalu diam menatap mataku dalam-dalam dan tersenyum lalu mengatakan”IYA,”
.
Aku mundur kebelakng berusaha menjauhi wanita tersebut dan dia terus menatapku. Entah bagaimana selanjutnya tiba-tiba rambut wanita itu berubah jadi kusut, wajahnya mulai pucat dan matanya menghitam.
.
Ingin sekali aku lari tapi kakiku terasa kaku. Kuntilanak ini tertawa dengan nyaring membuatku ikut berteriak sekuat tenaga. Saking kencangnya aku berteriak hingga nafasku tersengal-sengal dan kesadaranku hilang.
.
Baru keesokan paginya saat orang-orang berangkat salat subuh, mereka melihat pintu kiosku terbuka dan aku tergeletak dibawah. 
.
Mereka membangunkan aku dan aku langsung kaget dan kaget banyak orang ada di sekitarku. Mereka bertanya apa yang terjadi dan aku masih mengingat jelas kejadian tadi malam dimana sosok menyeramkan itu datang dan menghampiriku. Wajahnya yang rusak dan suara tawanya masih terus terngiang-ngiang di kepalaku.
--
Sejak hari itu aku memutuskan untuk tidak lagi tidur di dalam kiosku itu. Ketika malam tiba dan kios ditutup aku pulang ke kontrakan yang dikelilingi banyak rumah dengan suasana yang lebih ramai sehingga aku tak perlu lagi takut 
.
.
sendirian.

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 komentar: